Antara Simbol dan Substansi

Dulu pada saat masih mahasiswa sering saya ngobrol dengan teman satu kost hingga larut malam. Satu cerita menarik suatu ketika ada teman membeli makanan bungkusan yang ternyata pada bungkusan tersebut terdapat tulisan ayat Al quran. Buru-buru seorang teman mengamankan kertas yang sudah usang tersebut dengan sedikit kaget dan terburu-buru, dia merasa ini sebuah penghinaan terhadap Al Quran dan ajaran Islam. Teman yang lain justru sebaliknya menganggap hal tersebut bukanlah penghinaan dan pelecehan terhadap ayat Al Quran dan ajaran Islam. Akhirnya terjadilah perdebatan panjang sampai menjelang subuh.

Cerita tersebut hanyalah sebuah contoh betapa kita kadang-kadang sangat reaktif terhadap hal-hal yang berpotensi mengancam eksistensi kita walaupun itu sekedar simbol saja. “Pelecehan” atau katakanlah sikap yang kurang berkenan pada satu simbol agama diangap telah melecehkan agama itu sendiri. Cerita lain ada orang yang sangat marah dan tidak terima agamanya dihina padahal dirinya tidak pernah menjalankan ajaran agama. Simbol bisa jadi menjadi penting pada satu waktu tertentu, dengan jargon-jargon tertentu simbol agama bisa dimanfaatkan untuk mobilisasi masa atau kelompok tertentu. Simbol bisa menjadi perekat bagi sekelompok orang dengan kepentingan tertentu. Akan tetapi cukupkah kita berhenti pada simbol semata..? apakah Keislaman kita cukup sempurna hanya dengan kita memakai baju-baju yang islami..? Bagi saya pribadi itu belum cukup. Simbol hanyalah permukaan yang nampak saja, dibalik itu ada substansi. Islam bukanlah sekedar menggunakan baju atau idiom yang diambilkan dari arab. Iman memang sesuatu yang abstrak yang harus diimplementasian dalam kegiatan amal shalih. Untuk menjembatani Iman yang abstrak dan amal shalih yang konkrit ada Ibadah ritual (mahdhah). Ibadah mahdhah adalah formalisasi dari iman yang abstrak. Keimanan seseorang salah satunya dapat diukur dari ibadah mahdhan tersebut. Tetapi apakah hanya itu salah satu parameter keimanan seseorang? tentu saja tidak Qs Al Maun mengecam orang yang melakukan ibadah Mahdhah tetapi lupa akan penderitaan anak yatim,kaum fakir miskin. Selain itu masih banyak ayat-ayat yang berbicara semacam itu. Intinya adalah dibalik simbol ada substansi yang perlu kita gali dan dalami secara sungguh-sungguh.Terkadang kita terjebak atau pada anggapan bahwa orang baik itu digambarkan dengan orang berpeci,memakai gamis atau berpakaian rapi, selalu perfect dalam segala hal sedangkan orang jahat digambarkan sebaliknya, seperti yang sering ditayangkan dalam sinetron-sinetron. Padahal dalam kehidupan sehari-hari tidaklah ekstrim seperti itu. Orang juga bisa dikatakan baik walaupun pakaian dan asesorisnya tidak “sebaik” yang digambarkan sinetron.
Tujuan manusia di dunia ini adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi yang bertugas untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Kesejahteraan di muka bumi bisa terlaksana jika manusia mengerjakan amal shaleh yang dilandasi semangat keimanan yang tinggi. semangat keimanan yang tinggi bisa diperoleh dengan “laku” berupa ibadah mahdhah yang baik. Maka sesungguhnya simbol dan substansi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Simbol saja juga tidak sempurna mementingkan substansi saja juga tidaklah lengkap.Wallahualam Bishawab.

You may also like...

1 Response

  1. bimosaurus says:

    Hahaha…
    Jadi teringat lagi masa-masa bersama Jangka dan Om Sihab.. Yah.. akhirnya perdebatan panjang itu sampailah di waktu subuh dan diakhiri dengan pergi ke burjo

Leave a Reply