Isteri Dari Waktu ke Waktu : Kemarin,Kini dan Esok

Coba sejenak kita perhatikan tiga gambar karikatur berikut. Sebuah gambaran atau sekedar kegelisahan dari para suami akan isteri dari masa ke masa.
Gambar 1 . Isteri Kemarin


Gambar 2. Isteri Sekarang
Gambar 3. Isteri Akan datang

Bagaimana pendapat anda..??? Berikut komentar beberapa teman saya melalui mailinglist,

Mas Ulil Amri :

“betapa dunia benar2 berubah hiks…!”

Mas Budi Noryanto :

” Itu tergantung….

1. Siapa yang mencari duit lebih banyak…
2. Kesepahaman pembagian tugas-tugas dalam rumah tangga

Mas Iwan Gunawan
bila tergantung duit (modal) itu penganut marx,
bila tergantung kesepahaman (verstehen) itu penganut weber,
bila tergantung dogma (totem-totem agama) itu penganut durkheim.
tapi memang berat hati bagi lelaki untuk begitu saja melepaskan hak istimewanya di dalam kehidupan rumah tangga. bagi lelaki penganut marx pasti akan merasa tertindas, bagi penganut durkheim akal pikirannya menjadi lemah, tapi jalan hidupnya adem ayem saja. bagi penganut weber, semuanya bisa diatur berdasarkan tuntutan rasional untuk hidup bahagia bersama, tapi itu jalan panjang. bukankah rambut boleh sama hitam, tapi pikiran bisa berbeda. meskipun sering terjadi perbedaan dan perdebatan adalah lumrah. dan semuanya hanya bisa terkendali bila rasa cinta masih ada.rasionalitas sebagai alat kekuasaan akan terjadi saling menindas, rasional yang obyektif akan menjadi harmonis. tapi hampir kebanyakan manusia menggunakan rasio sebagai instrumen untuk saling menindas.
yang paling adem adalah berpikir ekstrim, lelaki memerintah dan perempuan diperintah. atau sebaliknya perempuan memerintah dan lelaki diperintah, dengan alasan sebagai kewajiban agama. namun kehidupan menjadi statis tidak mengalami perkembangan.
yang paling panas adalah bila modal sudah menjadi pijakan, karena berpikirnya ekonomis yaitu memberikan pengorbanan sedikit mungkin dengan kenikmatan maksimal.
yang paling dinamis – sehat, adalah berbeda, bertengkar, cemberut, marah, merayu, dan selanjutnya bung budi bisa meneruskan …..
Mas Budi Nooryanto
Hahaha…
Luarbiasa analisa bung Iwan ini, karikatur aja kok analisanya sampai ke aliran2 besar pemikiran saya hanya melihat dari sisi realitas saja nggak bisa dibilang penganut faham siapa, soalnya faham2 itu cuma „kenal“ di HMI aja, di kuliah dulu ga ada.
Kenapa yang ke-1 saya bilang tergantung duit, karena realitas di perkotaan fenomena ini banyak terjadi, terutama di kelas pekerja, contoh di Jabotabek, Banten, Batam dll yang merupakan daerah industri, rata2 pabrik/industri lebih banyak mempekerjakan wanita daripada lelaki sehingga bany terjadi wanita yang bekerja di pabrik sedangkan para lelaki yang mengurus rumah, menjaga anak2, dan ini menyebabkan para lelaki kehilangan hak istimewa di dalam kehidupan rumah tangga atau minimal mendapat penilaian miring dari lingkungan, keluarga besar
Yang ke-2, walaupun sekarang banyak wanita yang lebih sukses berkarir ataupun tetap lelaki yang menjadi tulang punggung keluarga, tetapi tugas2 domestik rumah tangga dikerjakan bersama, tidak ada yang merasa memerintah atau diperintah, semua dilakukan dengan kesepakatan bersama. Dan disinilah kemungkinan dapat terjadi yang bung Iwan katakan paling dinamis – sehat, yaitu berbeda, bertengkar, cemberut, marah, merayu dst
Tetapi tetap yang terbaik adalah model Rasulullah, yang beliau menjadi tauladan dalam agama, tetap tulang punggung keluarga tetapi tetap mau berbagi tugas2 rumah tangga termasuk mengasuh anak, tidak menindas istri2nya tapi tidak juga disetir oleh para istri.
Nah silakan teman2 nilai sendiri model yang mana yang udah dijalani, tapi jangan sampai seperti dalam model sinetron yang judulnya „ Suami-suami takut istri“.

Kang Iwan Gunawan Lagi
saya jadi ingat omongan bang ucok, relasi jenis kelamin dibagi tiga, relasi jantan – betina, relasi pria-wanita, dan lelaki – perempuan. yang pertama merupakan relasi alami (nature), yang kedua relasi politik-ekonomi (wanita dibawah lelaki), relasi ketiga relasi kerjasama (koperasi-kekeluargaan).makanya kemudian menteri urusan peranan wanita diganti dengan pemberdayaan perempuan. asumsinya karena kebanyakan perempuan yang seharusnya menjadi mitra lelaki tidak berdaya. dikalangan keluarga kelas menengah umumnya perempuan sudah berdaya. tapi timbul masalah baru yaitu suami menjadi kurang berdaya hingga takut istri. hanya saya berpendapat rasa takut istri itu perlu, karena kalau tidak takut bisa lepas dari rel. contohnya, sebagaimana kini berkembang di kalangan aktivis (tertentu) soal poligami. tapi yang paling berbahaya adalah bila istri tidak takut suami. kita tidak bisa bayangkan bila para istri menuntut poliandri.

You may also like...

4 Responses

  1. totok_kelir says:

    agama adalah sistem nilai ,agama menurut jawaku adalah ageman ( pakean ) tidak beragama berarti tidak berpakaian (tidak memiliki sistem nilai) tapi pakaian kita kadang berbeda beda tapi jelas pakaian aku dipakai mas gun kedodoran ……..kelanjutanya tunggu di blog

  2. admin says:

    Salah satu fungsi Agama adalah sebagaimana fungsi pakaian. Pakaian bisa membuat pemakainya nampak anggun jika dipakai sesuai ukuran dan modelnya. Selain itu pakaian juga berfungsi melindungi tubuh pemakainya. Maka agar seseorang bisa terlihat lebih anggun maka harus mengenakan pakaian yang sesuai. Selamat datang Resi Kelir di dunia Blog, saya nantikan tulisan2 kritisnya.

  3. Ramd says:

    A = Tidak
    Gama = Rusak/Kacau/Berantakan

    Agama= Tidak Berantakan/Rusak/Sesat

    Orang Tidak Beragama = Orang Rusak

    Agama Anda Apa?

  4. Ramd says:

    Kl agama itu d andaikan pakaian, seakan2 dia akan lusuh, dan smpai suatu saat nanti, ia tidak akan terpakai lg,, bhkan dibuang/dijadikan lap.
    mnurut saya agama tidak bisa disamakan/dianalogikan dengan pakaian, sebab agama adalah pedoman untuk jalan kebenaran.

Leave a Reply