Nyonthong

Saya ingat betul tulisan dengan tema seperti ini pernah ditulis oleh kawan saya Ahmad Sabiq di sebuah buletin yang kami terbitkan sewaktu masih aktif di HMI Bulaksumur. Bagi orang jawa kata tersebut sesunguhnya ungkapan cukup kasar, jadi ya maaf. Yang jelas tujuan saya bukan mengumpat dengan kata-kata kasar. Kalau istilah lain nyonthong sendiri bisa disamamakan dengan NATO (No Action Talk Only).

Conthong sendiri merupakan wadah atau tempat dari daun pisang atau kertas untuk membungkus kacang rebus. Bentuknya bagian atas lebar sedangkan bagian bawahnya kecil. Karena bentuk yang demikian maka bisa digunakan selayaknya corong speaker untuk memperkeras suara. Lhah nyonthong sendiri bisa diterjemahkan sebagai tindakan yag berlaku layaknya conthong. Dalam konteks ini nyonthong diartikan orang yang sukanya atau memiliki kebiasaan ngomong saja tanpa tindakan nyata. Di sebagian masyarakat jawa terutama tempat saya, orang yang yang cuma bisa ngomong tapi tidak pernah berbuat dikatakan sebagai “kakean conthong ” atau “nyonthong thok”.

Tulisan Mas Ahmad Sabiq dulu merupakan otokritik terhadap teman-teman di HMI yang sangat berapi-api di saat rapat dan berdiskusi tetapi giliran menjalankan tugas nol besar. Bagi saya ini penting untuk renungan saya pribadi, betapa kita sering lebih mudah berbicara dan menasehati orang lain daripada kita sendiri menjalankan apa yang kita omongkan. Memang berbuat nyata itu lebih sulit daripada berangan-angan dan berbicara, ungkapan jawa ” Wit Gedhang Woh Pakel” omong gampang nglakoni angel ( Pohon pisang berbuah pakel, omong mudah menjalankan sulit). Betapa kita sering menyalahkan orang lain dengan retorika yang luar biasa seolah-olah kita tidak pernah salah, padahal itu hanyalah sebuah apologi untuk menutupi kesalahan yang kita buat sendiri. Istilah lainnya Gertak duluan urusan belakangan. Memang berbicara itu penting, karena tanpa berbicara orang lain tidak akan tahu maksud kita, tetapi banyak omong malah bisa jadi merugikan kita. Termasuk omong di Blog ini kali ya…..He…he..he. Semoga saja tidak.

Semoga kita senantiasa diberi petunjuk untuk tidak dijadikan manusia conthong semata, tetapi manusia yang bisa nyonthong ketika dibutuhkan tetapi juga bisa merealisasikan conthongannya dalam bentuk tindakan kongkrit.

You may also like...

2 Responses

  1. sapine says:

    nice article om 😀

  2. yesman says:

    Beberapa kali saya mendapai, entah ini suatu kebetulan atau memang ini sesuatu yang demikian adanya. Orang yang banyak omong memang menarik di awal tetapi lama kelamaan ternyata tidak sesuai apa yang diomongkan dengan yang dilakukan. Bahasa jawanya “ora sumbut”, atau istilah lainnya NATO, banyak bicara sedikit kerja. Maka benar kata nabi, Kalau tidak bisa bicara yang baik lebih baik diam. Mari kita berhati-hati dengan mulut dan tangan kita ( Kalau ngetik maksudnya) he.he..he.

Leave a Reply