Angka Dalam Falsafah Jawa

ANGKA DALAM FALSAFAH JAWA — Dalam falasafah jawa ada banyak hal yang diungkapkan dengan bahasa-bahasa yang simbolik. Salah satunya adalah dalam hal penamaan angka-angka. Dalam menggunakan angka-angka ini mungkin ini ada beberapa urutan yang “tidak wajar” kalau dirunut sesuai urutannya. Masing-masing ada makna yang bisa kita ambil hikmahnya dan disesuaikan dengan usia kita saat ini.

falsafah-angka-jawa

Angka 1 sampai 10

Angka 1 sampai 10 dalam jawa disebut siji, loro, telu , papat sampai terakhir adalah sepuluh.

Angka 11-19

Mulai angka ini ada urutan yang tidak wajar jika mengikuti urutan 1-10, misal 11 bukan sepuluh siji, sepuluh loro dan seterusnya. Angka 11 disebut SEWELAS, 12 dengan ROLAS dst. Maknanya adalah bahwa pada usia 11 hingga 19 tahun adalah saat-saat berseminya rasa welas asih (belas kasih) pada jiwa seseorang, terutama terhadap lawan jenis. Itulah usia di mana seseorang memasuki masa akil baligh, masa remaja.

Angka 21 hingga 29

Angka 20 dalam jawa adalah Rong Puluh, tetapi untuk angka 21 bukan rong puluh siji tetapi selikur, 22 dengan rolikur sampai 29 adalah songo likur. Ada pengecualian 25 bukan limo likur tetapi SELAWE.
Satuan LIKUR dipakai sebagai kependekan dari LINGGUH KURSI, artinya duduk di kursi. Artinya bahwa di usia ini manusia pada umumnya manusia mendapatkan “tempat duduknya”, baik itu berupa pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, seniman, penulis, dan lain sebagainya.

Untuk 25 dipakai SELAWE, sebagai kependekan dari Seneng-senenge Lanang lan Wedok, itulah puncak asmaranya seorang laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebutlah (25) pada umumnya seorang laki-laki berumah tangga (dadi manten). Meski ada yang berbeda namun demikian rata-rata manusia.

Angka 30 Sampai 50

Angka 30 sampai 49 disebut secara normal misalnya 30 dengan Telung Puluh, 49 dengan Patangpuluh Songo. Ini adalah semuanya normal apa adanya. Begitupun dengan kehidup an yang dijalani saat menginjak usia tersebut. Semuanya berjalan normal bersama dengan keluarganya masing-masing. Pekerjaan, pasangan hidup, anak sudah mereka dapatkan dan melanjutkan hidup mereka seperti biasanya.

Namun masuk angka 50 disebut dengan SEKET bukan Limang Puluh. Seket kependekan dari Seneng Kethonan atau suka memakai kethu/kopiah/penutup kepala. Usia 50 biasanya orang sudah cukup lanjut, rambut mulai beruban. Untuk menutupi uban yang mulai banyak manusia suka memakai kopiah pada usia ini.

SEKET bisa juga diartikan “supoyo do cekat ceket” yang artinya agar segera berbenah. Berbenah diri karena bisa saja kematian bisa datang dengan tiba-tiba.

Angka 60

Angka 60 juga tidak dipakai istilah enem puluh, tetapi dipakai istilah SEWIDAK. Ini Kependekan dari Sejatine Wis Wayahe Tindak. Yang artinya pada usia ini manusia Sudah saatnya untuk pergi meninggalkan dunia.

Falsafah yang entah sekedar gathuk mathuk atau memang dirumuskan dengan penuh kecermatan. Namun begitu ini bisa jadi pengingat terutama diri sendiri untuk menggunakan waktu dan usia dengan baik.

 

Sumber: Dari berbagai sumber

You may also like...

Leave a Reply