Self Control

Self control pada hakikatnya adalah kemampuan seseorang untuk mengelola emosi. Betapa sering kita begitu susah untuk mengendalikan diri kita pada keinginan-keinginan tertentu. Saat marah betapa susah kita untuk tetap tenang apalagi sedikit tersenyum. Mengendalikan marah merupakan hal yang berat pada saat kita berkesempatan untuk marah. . Saat ditimpa musibah betapa susah kita untuk tidak bermuram durja. Saat mendapat kesenangan kadang kita lupa memperhatikan saudara kita yang sedang susah, biasanya dalih kita adalah toh kesenangan yang saya dapat adalah hasil jerih payah saya sendiri bukan orang lain. Buat apa memikirkan orang lain yang sedang susah? apakah pensikapan seperti ini sesuatu yang positif bagi diri kita..?? Menurut saya  tidak, karena tenggelam dalam memperturutkan keinginan sama saja kita menjadi budak atas keinginan itu sendiri.

Sesungguhnya dalam diri kita ada dorongan emosi untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Emosi dapat mengendalikan diri manusia baik itu ke arah yang positif atau negatif. Tinggal bagaimana manusia memilih mau menggunakan yang mana. Kita dituntut untuk dapat mengendalikan emosi bukan dikendalikan oleh emosi. Dalam bahasa agama manusia diberi kesempatan untuk memilih salah satu jalan yaitu jalan kesesatan (Fujur) atau jalan ketakwaan (Qs As-Syam). Untuk itu manusia perlu memiliki kontrol penuh terhadap emosi-emosi yang muncul dalam diri. Bukan kita yang tunduk dalam kemauan emosi. Satu contoh adalah orang yang sedang marah, diumpamakan manusia yang akan menyeberangi sungai yang sedang banjir besar. Orang marah yang tidak memiliki kontrol penuh terhadap emosinya justru akan menceburkan diri ke dalam sungai tersebut, yang diperoleh bukannya menyeberang dengan selamat tetapi malah celaka. Orang yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri akan berfikir bagaimana bisa menyeberang dengan selamat tanpa panik dan tindakan yang gegabah. Sebuah ungkapan Rasullah SAW, “Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat dalam gulat, tetapi orang yang mampu menahan diri ketika marah”. Ini adalah sebuah sinyal betapa kekuatan mengendalikan diri jauh lebih utama dibandingkan dengan kekuatan fisik.

Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence, memberikan beberapa petunjuk bagaimana agar kita bisa berkuasa atas emosi-emosi yang muncul dalam diri kita yang disebut dengan keterampilan emosi. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosi ) merupakan modal  bagi seseorang untuk bisa mengendalikan diri dari hal-hal yang merugikan diri. Setiap orang memiliki sisi-sisi lemah dalam dirinya, misalnya harta,tahta atau wanita. Sisi-sisi lemah itu bisa runtuh jika tidak mampu diperkuat dengan keterampilan mengelola emosi.

1. Mengenali Emosi Diri.

Mengenali emosi merupakan keterampilan yang meliputi kemampuan kita untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya kita rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, kita harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Tidak melakukan tindakan sebelu kita mengenali apa yang sebenarnya terjadi.

2. Melepaskan Emosi Negatif.

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan kita untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri kita.

3. Mengelola Emosi Diri Sendiri.

Kita jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu, baik atau buruk. Emosi adalah sekadar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu kita mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu:

Pertama, adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada kita. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya.

Kedua , berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya.

Ketiga, adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri (self controlled) yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.

4. Memotivasi Diri Sendiri

Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri (achievement motivation) dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional – menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati – adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

5. Mengenali Emosi Orang Lain

Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.

6. Mengelola Emosi Orang Lain.

Jika keterampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antarpribadi, maka keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antarmanusia. Keterampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antarpribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antarkorporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antarindividu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain (baca: membina hubungan yang efektif dengan pihak lain) semakin tinggi kinerja organisasi itu secara keseluruhan.

7. Memotivasi Orang Lain

Keterampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari keterampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

Akhirnya untuk dapat menjadi pengendali bagi diri sendiri, kita harus memiliki keterampilan-keterampilan emosi tersebut.

Referensi :

1. Emotional Intelligence, Daniel Goleman.

2. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0109/25/fea01.html

You may also like...

Leave a Reply