Infotainment:Kebutuhan atau Keinginan ?

Polemik haram atau tidaknya infotainment cukup ramai di beberapa forum. Tentu ada yang setuju dengan fatwa tersebut dan tentu ada yang tidak setuju. Jika semua setuju bahwa infotainmenat itu haram tentu sekarang sudah tidak ada lagi tayangan itu. Perdebatan di kalangan pers dan jurnalis selalu mempersoalkan pada apakah tayangann infotainment merupakan produk jurnalistik atau bukan. Jika bukan termasuk produk jurnalistik tentu layak untuk dihapuskan begitu muaranya. Namun memang tidak sesederhana itu persoalannya. Untuk mengkategorikan itu tidak mudah meski sudah ada ukuran-ukurannya.

Infotainment memang telah dinikmati oleh banyak orang, dari media yang menjadikannya bisnis tentu mengeruk keuntungan yang cukup lumayan. Dari sisi artis infotainment menjadi iklan gratis bagi dirinya, walau ada yang tidak suka dengan kehadiran infotainment yang mengurusi urusan pribadinya. Bagi masyarakat awam ternyata banyak yang suka dengan acara yang satu ini, informasi yang disiarkan di infotainment diberitakan kembali dan jadi bahan diskusi diberbagai kesempatan, dari mulai obrolan di teras rumah, kantor, arisan dan lain-lain.

Artis memang telah menjadi acuan hidup, bahwa hidup yang baik adalah sejalan dengan kehidupan artis, padahal artis dan kita semua adalah sama. Yang menjadikan manusia lebihadalah prestasinya, bukan gaya hidupnya yang serba gemerlap.

Pertanyaan selanjutnya adalah ,sebenarnya perlu atau tidak acara Infotainment itu? Jika kita mengacu pada fungsi sebuah berita tentu kita akan bertanya apakah kita perlu mengetahui persoalan pribadi artis? Apa urgensi kita mengetahui urusan pribadi artis? Hampir dipastikan tidak ada perlunya kita mengetahui urusan pribadi artis apalagi persoalan yang sifatnya aib dan keburukan seseorang. Jadi lebih tepat infotainment ditujukan untuk memenuhi keinginan orang bukan kebutuhan informasi. Keinginan tidak harus dituruti tetapi kebutuhan layak diberi ruang untuk tercukupi.

Jika informasi artis dalam infotainmen adalah proses bagaimana ia berkarya menghasikan album baru, berkarya membuat film berkualitas tentu ini layak dipertimbangkan untuk diberitakan. Hal in bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk berkreasi. Sekali lagi bukan informasi urusan pribadi artis atau aib.

Dalam nilai agama membicarakan aib orang lain, walaupun itu benar adalah terlarang, apalagi membicarakan kejelekan orang lain yang belum tentu kebenarannya lebih dilarang lagi. Jika masih demikian adanya infotainment maka tidak perlu dasar fatwa haram,  infotainment layak STOP, tetapi jika bisa mengubah dirinya dengan informasi yang penting diketahui publik berdasarkan kebutuhan maka layak jalan terus.

You may also like...

Leave a Reply