Melintas Gunung Tinombala Sulteng

Ini adalah catatan perjalanan kedua saya ke  Buol ,Sulawesi Tengah. Dalam waktu kurang dari satu bulan saya harus bolak-balik ke Buol sebanyak dua kali. Sebenarnya berat bagi saya dalam kurun waktu sesingkat itu harus bolak-balik dengan jarak tempuh yang lumayan jauh melewati medan yang “tidak biasa” bagi orang yang tinggal di Jawa seperti saya. Sesungguhnya ini kesempatan bagi saya untuk bernostalgia berpetualang di hutan seperti saat masih sekolah dan mahasiswa. Akan tetapi beban terberat bagi saya adalah harus meninggalkan isteri dan anak saya yang sedang lucu-lucunya, yang belum genap 2 tahun. Karena memang tuntutan pekerjaan maka semua harus saya jalani dengan sepenuh hati.

Perjalanan kedua ini memang sedikit berbeda dengan perjalan pertama, pada perjalanan kedua ini dari Jogja-Jakarta-Palu ditempuh dengan pesawat pada rabu 13/08/08 . Sampai di Palu Sudah dijemput Oleh Pak Ilham yang akan bersama-sama saya menuju Buol melalui jalan darat dengan mobil. Rute yang kami pilih adalah melalui Pantai Timur di pinggir Teluk Tomini. Hambatan terberat melalui jalur ini mungkin di Pasir Putih kawasan G Tinombala. Konon Kalau melalui pantai Barat jalanan menanjak relatif sedikit akan tetapi jarak tempuh bisa lebih jauh 100km. Jam 22 mulailah perjalanan Palu-Buol, awal perjalanan jalanan memang lumayan mulus walau banyak sekali kelokan tajam, kecepatan mobil bisa bisa dipacu di 80-100 km/jam. Boleh dikatakan perjalanan berangkat ini cukup lancar, walau sempat ban mobil terperosok ke jalan yang rusak hingga perlu turun untuk mengganjal. Siang hari sekitar pukul 11 kami sudah sampai Buol.

Setelah semua pekerjaan selesai hari jumat 15/08/08, kami siap-siap pulang ke Palu sekitar jam 15.00. Awalnya saya dan P Ilham akan berangkat sendiri-sendiri karena urusan beliau sudah selesai pada pagi harinya, sedangkan urusan saya baru selesai siang hari habis Jumat. Akan tetapi atas kebaikan beliau justru beliau membantru saya menyelesaikan urusan saya dibantu juga oleh Mas Okta Staff beliau. Alhamdulillah segala sesuatunya sudah beres dan perjalanan ke Palu siap di mulai. Cuaca di awal perjalanan memang kurang bagus karena hujan. Baru saja keluar dari Buol ban mobil sempat terperosok ke aspal yang berlubang sehingga mengalami pecah ban. Di tengah guyuran hujan kami bersusah payah mengganti ban belakang sebelah kiri. Selepas magrib kami sudah mencapai Kab Toli-Toli dan singgah untuk istirahat dan makan malam.

Dari Toli Toli kami mengambil keputusaan untuk melewati Pantai Barat dengan Pertimbangan kondisi hujan yang tentu akan membuat jalanan di Kawasan Pasir Putih G Tinombala sangat becek. Pasir Putih merupakan daerah paling berat apalagi dari arah Toli Toli/Buol. Jalanan di daerah ini menanjak, menikung tajam dan aspal tidak hanya rusak tapi tidak ada lagi. Kalau terkena hujan akan becek dan sanggup menenggelamkan ban mobil. Inilah yang menjadi momok bagi para sopir. Keputusan sudah bulat untuk melewati pantai barat, tetapi namanya halangan tidak bisa ditolak. Baru saja keluar dari Toli Toli kembali ban terperosok menghantam batuan tajam di lubang jalan. Padahal lokasi pecah ban bukan di tengah perkampungan tetapi di tengah hutan, jauh dari penduduk. Alhamdulillah cuaca cukup cerah dan sinar bulan lumayan terang. Kini giliran ban depan yang pecah. Habis sudah ban cadangan yang kami miliki, satu-satunya harapan adalah meminjam dari mobil lain yang melintas disitu. Setelah beberapa mobil melintas ternyata tidak ada ban yang cocok akhirnya melintas mobil  yang sama dengan yang kami pakai dan berkenan meminjamkan ban cadangan, dengan catatan kalau ban dia sewaktu-waktu kempes maka ban akan diambil kembali. Karena Si pemilik Ban akan melintas melalui Pantai Timur, maka kami terpaksa harus mengikuti dia lewat Pantai Timur berubah dari rencana semula.

Kurang lebih satu jam sebelum Pasir putih kami semua istirahat di suatu perkambungan yang saya tidak sempat hapalkan namanya. Di situ sudah berkumpul kendaraan yang sedang beristirahat makan dan mempersiapkan melalui jalur terberat Pasir Putih. Benar juga ternyata sampai di Tanah Putih tanah sangat becek dan licin, kami harus antri untuk melintas disana. Saat sampai di situ jam menunjukkan 24.00 WITA. Udara disitu sangat dingin dan angin sangat kencang. Karena memang disitu konon adalah kawasan puncak Gunung Tinombala. Sambil menunggu sempat terbersit untuk sms Bimo teman seperjuangan naik Gunung, sekedar bernostalgia. Tapi niat saya urungkan karena ingat kalau hari itu hari libur, tentu dia lagi liburan dengan anak isterinya sehingga takut mengganggu. Perjuangan hebat untuk melintas dialami oleh sebuah  di depan saya hingga kurang lebih 8 kali naik turun baru bisa sukses mendarat di puncak. Kira kira jam 03.00 tiba giliran kami untuk melintas, ada sedikit rasa was-was. Karena dari bawah kami harus start dengan kecepatan tinggi dan dengan metode sedikit zig-zag agar punya power ketika melewati kawasan paling becek. Tetapi kalau tidak hati-hati bisa terpelanting ke samping jalan yang berupa jurang. Yang bisa saya lakukan hanya berdoa dan berpegangan erat-erat. Tiga kali kami gagal mencapai puncak, karena memang Pak Aris Sopir kami belum terbiasa di medan seperti ini. Akhirnya kemudi diambil alih oleh Otto yang ban-nya kami pinjam. Dengan sekali ayun akhirnya sampai puncak juga.

Kata orang jika suda melewati Pasir putih ini rasanya sudah sampai Palu. Padahal sampai palu masih lima jam lagi. Akhirnya sekitar jam 11 siang kemi “mendarat” di Palu dengan Selamat. Lega rasanya melewati perjalanan yang luar biasa. Terimakasih banyak saya Ucapkan kepada Pak Ilham, Mas Okta dan Pak Aris yang telah banyak membantu selama saya di Palu dan Buol.

You may also like...

4 Responses

  1. bimosaurus says:

    Wah dadi pengin nang UII net wae ben iso dolan nang Sulawesi.. Tapi.. ora ding .. wis lah kumpul ro Zaki wae

  2. rony says:

    Membaca kisah perjalanan Anda, saya jadi teringat 13 tahun yang lalu ketika kami harus melaksanakan pemeliharaan site Gelombang Mikro Digital (Digital Microwave) milik PT Telkom di Repeater Pasir Putih. Bagaimana apakah Anda masih melihat lokasi GMD tersebut? lokasi GMD tersebut pas di puncak tanjakan G. Tinomabala, sekaranfg saya bertugas di Surabaya.
    Terimakasih.

    tukang Reply:

    Wah kalau 13 Tahun Yang lalu kayak apa ya jalan di sana?? He..he..he. Menarik sekali Mas/Pak Maintenance Mikrowave di daerah seperti itu. Sayangnya saya lewat kawasan situ pada malam hari, sehingga ndak sempat lihat perangkat apapun. Kemungkinan sih masih soalnya saya dapat signal Telkomsel Full di daerah situ. Kemungkinan dekat dengan BTS Telkomsel. Main-main kesana lagi saja Pak sekalian Mengenang masa lalu. He.he..he

  3. sann says:

    Kayakx q blum datang kyakx ya

Leave a Reply