Ambisi, Keyakinan Dan Optimisme

Terkadang ada kekhawatiran dalam diri saya. Satu sisi ada nilai yang tertanam cukup kuat  bahwa untuk bisa mewujudkan satu keinginan dan cita-cita modal dasar adalah keyakinan dan optimisme. Keyakinan dan optimisme merupakan modal dasar yang cukup penting. Tanpa keyakinan menjadikan kita gamang dalam mengambil langkah dan keputusan. Di sisi lain jika terlalu yakin dan optimis manakala apa yang kita cita-citakan ternyata tidak sesuai dengan harapan pasti akan menuai kekecewaan yang besarnya sebesar harapan itu. Contoh paling aktual adalah banyaknya caleg-caleg yang stress setelah penghitungan suara pemilu 2009. Stress karena menyaksikan kenyataan jauh dari harapan. Semakin membenarkan dominasi syahwat kekuasaan dibalik keinginan menjadi pembela rakyat. Menjadikan saya secara pribadi harus mendefinisikan kembali atau  merekonstruksi bangunan keyakinan dan harapan dalam hidup agar tidak menimpa pada diri saya.

Ambisi biasanya diasosiasika dengan seauatu yang negatif, keinginan yang  kuat untuk meraih kebahagiaan. Kebahagiaan bisa berupa kekuasaan, kecukupan harta yang melimpah dan lain sebagainya. Walaupun sebenarnya tidak semua ambisi itu bersifat negatif tetapi dalam konteks ini ingin saya pakai untuk yang pertama. Ambisi atau keinginan yang negatif cenderung menafikan proses-proses yang mesti dilalui untuk mencapai harapan. Keinginan mendirikan sebuah bangunan tinggi yang menjulang tetapi lupa membuat fondasi yang kokoh.  Keyakinan yangbenar selalu didasari pada pemahaman-pemahaman yang benar tentang proses untuk berhasil. Yang sering kita lakukan adalah ingin mendapatkan hasil dengan segera dan fokus pada hasil yang segera. Fokus pada hal yang muluk-muluk tetapi lupa pada kerja-kerja nyata.

Cerita mengenai Angsa bertelur emas barangkali memberikan gambaran pada kita hal di atas. Alkisah ada seorang yang memiliki angsa yang setiap hari bertelur emas. Karena tidak sabar dan ingin mengumpulkan telur emas dalam waktu sekejap maka disembelihlah angsa tersebut , tetapi apa yang terjadi bukannya telur emas yang didapat tetapi justru kehilangan telur emas. Angsa mati dan tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Bukan berfokus pada bagaimana memelihara angsa agar tetap bertelur tetapi membunuh angsa tersebut (Steven R Covey , 7 Habit Of Higly Effective People)

Kita terkadang lupa dengan prasyarat agar keyakinan bisa mewujud dalam kenyataan karena terlena oleh hasil. Kadang kita tidak pernah bisa belajar dari kegagalan, seolah-olah orang yang sukses tidak pernah gagal. Justru orang-orang sukses pernah gagal bahkan dalam kondisi terpuruk, tetapi mampu bangkit dari keterpurukan.Allah memberi janji bahwa apa yang diminta akan dikabulkan tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi (QS AL Baqarah 186). Jangan sampai ambisi kita justru menghancurkan diri kita, hanya karena kita lupa diri, lupa mengukur diri dan lupa akan proses.

You may also like...

2 Responses

  1. Suryadi says:

    makasig banget dah membantu untuk merubah pola pikir saya ?? makasih makasih………

    tukang Reply:

    Sama-sama, semoga bermanfaat.

Leave a Reply